Panik Harga Bitcoin: Apakah Bisa Turun ke US$90 Ribu?

Anonym

 

Harga Bitcoin semakin membuat pasar cemas, bergerak dalam kisaran US$94.000 hingga US$100.000 selama 14 hari terakhir tanpa ada perubahan signifikan. Ada potensi harga ini bisa turun ke US$90 ribu atau bahkan naik ke US$105 ribu. Tekanan pasar meningkat setelah arus keluar dari perdagangan Bitcoin Spot ETF di AS mencapai US$585,65 juta antara 10 hingga 14 Februari, menurut data SoSoValue.

Penurunan ini dipicu oleh pernyataan hawkish dari Ketua The Fed, Jerome Powell, serta data inflasi AS yang lebih tinggi dari ekspektasi. Inflasi tahunan AS tercatat naik menjadi 3 persen pada Januari, sementara inflasi inti mencapai 3,3 persen, yang menambah kekhawatiran pasar terhadap kebijakan moneter yang lebih ketat. Akibatnya, kapitalisasi pasar aset kripto turun 5 persen, dan Bitcoin sempat jatuh di bawah US$95.000.

Jerome Powell menegaskan bahwa suku bunga kemungkinan akan tetap tinggi untuk menekan inflasi, mengecewakan investor yang berharap pemangkasan suku bunga lebih cepat. Selain itu, kebijakan tarif perdagangan yang diusulkan oleh mantan Presiden Donald Trump terhadap Kanada, Meksiko, dan China juga memberikan tekanan pada aset berisiko, termasuk Bitcoin. Indeks Ketakutan dan Keserakahan Bitcoin pun merosot ke zona ‘fear’ setelah rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI), mencerminkan ketidakpastian yang meningkat di pasar.

Menurut analisis Redaksi, CPI AS diproyeksikan mencapai 321,39 poin pada akhir kuartal 2025, dan diperkirakan akan terus meningkat hingga sekitar 330,94 poin pada 2026 dan 338,55 poin pada 2027. Jika proyeksi ini terwujud dan The Fed tidak mengambil kebijakan dovish, pasar Bitcoin dan kripto secara keseluruhan dapat mengalami tekanan tambahan.

Financial Expert Ajaib, Panji Yudha, menyatakan bahwa selama hampir dua minggu, harga Bitcoin terus bergerak dalam kisaran yang sama tanpa mampu menembus level tersebut. Ia menambahkan bahwa BTC berpotensi naik ke US$105.000 jika berhasil menembus resistensi di US$100.000, namun jika jatuh di bawah US$94.000, koreksi lebih lanjut dapat terjadi dengan support di sekitar US$91.000.


Analisis dari Blockchainmedia.id menunjukkan adanya sinyal pembalikan ke atas berdasarkan indikator TD Sequential, meskipun sinyal ini dianggap lemah karena jauh dari level support. RSI masih berada di 40 poin, menunjukkan kemungkinan penurunan lebih lanjut.


Pekan ini, pelaku pasar kripto bersiap menghadapi rilis data ekonomi AS yang dapat memicu volatilitas, termasuk risalah FOMC Januari yang dijadwalkan rilis pada 19 Februari. Pernyataan Powell mengenai suku bunga yang tidak akan segera diturunkan juga menjadi perhatian pasar. Selain itu, laporan klaim pengangguran awal pada 22 Februari dan data Sentimen Konsumen AS pada 23 Februari dapat mempengaruhi permintaan terhadap aset berisiko seperti Bitcoin.

Dengan berbagai faktor fundamental yang ada, harga Bitcoin tetap dalam fase sideways dengan potensi pergerakan signifikan ke atas atau ke bawah. Pelaku pasar disarankan untuk mencermati perkembangan data ekonomi dan kebijakan moneter untuk menentukan strategi investasi yang tepat. Proyeksi inflasi juga menunjukkan kemungkinan penurunan ke 2,90 persen pada akhir kuartal ini, yang bisa menjadi indikasi bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga.

Tags